Macet (7)
Tanggal : 18 Oktober 2021
Nara sumber: Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr
Moderator : Maesaroh
Macet menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tidak dapat berfungsi dengan baik, sendat, serat, terhenti, dan tidak lancar. Macet dapat terjadi dalam menulis. Menulis adalah proses melahirkan pikiran dalam bentuk tulisan. Maka jika dikaitkan dengan proses menulis, macet adalah lumpuhnya kemampuan penulis untuk melahirkan atau menuangkan pikiran/ ide ke dalam tulisan. Dalam bahasa Inggris peristiwa ini dapat dikatakan sebagai Writer’s Block.
Apakah Writer’s Block itu?
Bagaimana
terjadinya Writer’s Block?
Apa solusi jika terjadi Writer’s Block?
Sebagaimana
dilansir dari Wikipedia, Writer’s Block
(WB) adalah keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak
menemukan gagasan baru untuk tulisannya. Jadi seorang penulis tidak dapat
melanjutkan tulisannya karena kehilangan
ide, gagasan dan berbagai alasan lainnya. WB dapat terjadi pada penulis pemula atau
professional. WB tidak hanya berlaku untuk penulis buku, tetapi juga Blogger,
mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir, screen
writer (penulis naskah seperti untuk film, sinetron), script writer (penulis teks untuk dibacakan pembaca berita),
dll.
Dalam
sebuah artikel di idntimes disebutkan bahwa berdasarkan sebuah penelitian dari
Yale psychologists pada tahun 1970 dan 80-an yang akhir-akhir ini kembali
ditinjau New Yorker, writer's block
merupakan hal nyata dan merupakan gejala yang dapat diatasi. Terkait gejala WB
tersebut, dua orang
psikolog, Jerome Singer dan Michael Barrios melakukan penelitian pula terhadap
para penulis berbeda latar belakangnya.
WB
merupakan hal yang sangat lumrah dalam dunia penulisan. Namun demikian perlu
diketahui penyebab munculnya Wb tersebut. Hal ini penting agar dapat dicarikan
solusinya. lebih jauh proses penulisan akan tuntas diselesaikan. Untuk itu
perlu diperhatikan beberapa hal terkait pemicu munculnya WB yaitu
·
topik atau metode
yang baru,
·
stress,
·
Kondisi fisik atau
mental diri sedang lelah
·
Perfeksionis
Topic atau metode yang baru dalam proses menulis dapat menyebabkan WB. Untuk menghindari hal tersebut ada beberapa yang dapat dilakukan. Penulis dapat memperkaya wawasan dan diksi kalimat dengan membaca berbagai referensi terkait topik baru tersebut. Ini penting dilakukan untuk menghindari kebuntuan berfikir. Jika terkait metode, penulis dapat lebih teliti mempelajari metode baru tersebut agar tidak terjadi stagnasi dan kebosanan dalam proses menulis. Misalnya penulis yang terbiasa menulis cerita pendek tentu akan mengalami kesulitan dalam menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI), dan sebaliknya. Hal ini wajar terjadi karena genre tulisan yang akan ditulis berbeda dengan yang digeluti sebelumnya.
Stress menjadi hambatan selanjutnya dalam proses menulis. Pengertian stress menurut KBBI adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar; ketegangan. Ini bisa terjadi pada semua penulis. Penulis dapat mengalami ketidak stabilan emosi dan ketegangan akibat faktor di luar dirinya. Penulis terlalu fokus dengan penilaian orang lain. Berfikir apakah orang lain suka dengan hasil tulisannya. Terlalu banyak pertimbangan terkait diksi, kaidah tata bahasa dan kaidah baku lainnya dalam penulisan. Selanjutnya memunculkan kekhawatiran berlebihan. Pada akhirnya tulisanya hanya menjadi bukti sejarah yang tidak dapat dinikmati oleh orang lain, alias disimpan sendiri. Sejatinya penulis harus yakin bahwa hasil tulisannya dapat bermanfaat bagi orang lain. Minimal bermanfaat bagi diri sendiri. Penulis tidak dapat memaksa orang lain untuk suka dengan tulisannya. Penulis harus selalu positif thinking agar menulis dapat menjadi obat atau terapi psikologis bagi diri. Dengan menulis hati menjadi senang.
Kondisi fisik atau mental diri yang sedang lelah merupakan hal wajar dalam kehidupan. Begitu pula dalam proses menulis. Kelelahan fisik akibat beragam kegiatan dan kepadatan aktifitas dapat menimbulkan keletihan emosional. Apalagi jika menghadapi work under pressure. Ini Menyebabkan stagnasi berfikir untuk menelorkan ide, gagasan dalam rangkaian kata. Untuk mensiasati keletihan emosianal dan fisik, perlu melakukan relaksasi, rehat sejenak, menghirup udara segar. Kegiatan tersebut dapat menyegarkan kembali hati, pikiran dan fisik.
Terlalu perfeksionis. Ingin segala sesuatu terlihat sempurna. Menginginkan sesuatu yang sempurna adalah hal yang sangat wajar. Mempunyai target-target itu penting. Namun sebaiknya keinginan dan target dalam proses menulis tidak mematikan kreatifitas dan menghambat bergulirnya ide-ide brillian. Tidak berlebihan jika seorang penulis menginginkan karyanya ingin dibaca banyak orang. Tulisannya memenangkan lomba penulisan. Hal tersebut bukan menjadi suatu keharusan mutlak yang harus terpenuhi. Yang terpenting adalah adanya proses menulis. Hal terkait diksi, tata bahasa , kaidah-kaidah penulisan dapat ditinjau kemudian untuk direvisi.
Beberapa nasehat bijak diharapkan menjadi cambuk. Memompa semangat untuk tetap menulis dan berkarya.
- Berhenti sejenak. Tinggalkan proses menulis.
- Lalukan aktivitas lain yang disukai.
- Menulis sesuai dengan passion kita.
- Menulis apa yang dikuasai dan disukai.
- Terus bergerak untuk berkarya.
- Positif thinking terhadap diri sendiri.
- Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.
Blog Ditta:
https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html
https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/07/saat-mulut-bekerja-lebih-cepat-daripada.html
https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/10/perjalanan-menuju-asn.html
Mantap bu. Semangat .^_^./
BalasHapusTerima kasih sudah mampir,
HapusSemangat menulis ibu
BalasHapusTerima kasih sudah mampir Bu Mutmainnah
HapusKeren buu 🌷
BalasHapusTerima kasih Bu Atma sudah mampir
HapusKalimat pembuka yang manis. Mantul
BalasHapusTerima kasih Bu Ditta sudah mampir. Bu ditta manjiw
Hapus