Sawangan.
Senin/22 November 2021
Tema : Menguak Dapur Penerbit Mayor
A.
Biodata
Singkat Narasumber
Narasumber malam ini adalah Bapak Edi S Mulyanta. Beliau lahir di Yogyakarta, 24 Mei 1969. Beliau
adalah seorang Publishing Consultan dan E-Book Development Andi Publisher pada
penerbit ANDI di Yogyakarta. Beliau menempuh jenjang pendidikan Strata-1jurusan
Geografi di Universitas Gajah Mada Tahun 1994. Jenjang Strata-2 Magister
Teknologi Informasi Fakultas Eletro UGM Yogyakarta Tahun 2006. Berbagai karya
tulis buku telah dihasilkan. Salah satunya berjudul “How to make money in Big
Data” di tahun 2021. Bapak
Edi sudah berkecimpung di bidang penerbitan
selama 20 tahun.
https://scholar.google.co.id/citations?user=tYwUNqsAAAAJ&hl=en&oi=ao
B.
Dunia
Penerbitan
Pandemic covid19 mengakibatkan
dampak yang signifikan di berbagai lini kehidupan. Pandemic covid19 mengubah
tatanan kehidupan manusia di berbagai sektor. Sektor pariwisata, ekonomi,
pendidikan, sosial, budaya dan lain sebagainya
Di sektor ekonomi, khususnya usaha
penerbitan, tidak luput dari imbas covid19. Berbagai penerbit mencoba berjuang
untuk mempertahankan eksistensinya. Mereka melakukan berbagai cara agar tetap
bertahan. Mulai dari mengubah visi, misi sampai dengan mengikuti perkembangan
teknologi.
C.
Perbedaan
Penerbit mayor dan Penerbit Minor
Sejatinya penerbit mayor dan minor mempunyai tujuan yang sama
yaitu mempublikasikan hasil tulisan penulis yang menjadi mitranya. Namun ada
beberapa perbedaan, diantaranya adalah jumlah
skala produksi setiap penerbit yang tergabung dalam anggota IKAPI (Ikatan
Penerbit Indonesia). Skala produksi tersebut dapat dilihat dari ISBN, yang di
dalam nya tercantum penggolongan produksi buku yang dihasilkan setiap tahun
Tugas penerbit adalah memberikan layanan industry. Menerbitkan
atau mempublikasikan hasil tulisan karya
tulis dari penulis. Penerbit hanyalah intermediatery atau perantara dalam
proses publikasi sebuah tulisan. Tugas penerbit adalah menghasilkan keuntungan
dalam setiap terbitannya.
Secara materi terbitan tidak ada perbedaaan antara penerbit
mayor dan minor tetapi terkadang muncul jika penerbit memilih spesialisasi pada
Genre tertentu untuk lebih fokus dalam produksi dan pemasarannya.
Secara pemasaran ada perbedaan antara penerbit mayor dan
minor. Penerbit mayor memiliki saluran pemasaran yang cukup beragam yang disebut Omni Channel Marketing dan di
outlet buku. Sedangkan penerbit minor melakukan pemasaran melalui Group
Menulis, WhatsApp, Fb dan Instagram.
Sumber : Pak Edi S. Mulyanto
D.
Pengertian
ISBN
ISBN (International Standard Book Number) adalah kode
pengidentifikasian buku yang bersifat unik. ISBN terdiri dari deretan angka 13
digit. ISBN sebagai pemberi identifikasi terhadap satu judul buku yang
diterbitkan oleh penerbit. ISBN
ini dikeluarkan oleh perpustakaan Nasional. Perpustakaan nasional diberi
wewenang oleh pemerintah untuk memberikan nomor-nomor kepada penerbit. Berikut
struktur dan rentang blok number ISBN Indonesia
Sumber : Pak Edi S. Mulyanto
Sruktur angka dalam Publication Element tersebut adalah
jumlah produksi buku yang dapat dilakukan penerbit tersebut. Angka ini
menampilkan kekuatan produksi buku yang diterbitkan oleh penerbit.
E.
Strategi
Pemasaran
Selama Pandemi di indonesia penerbit memiliki starategi
pemasaran yang kompetitif. Baik melalui outlet di toko buku maupun melalui media
online, seperti channel webinar, Podcast, IG Live dan WA Group. Buku cetak masih
menjadi daya tarik bagi pembaca walaupun ada perkembangan terkait E-Book.
Startegi yang dilakukan penerbit selama pandemi:
1. Mengurangi produksi atau cetak fisik
buku
2. Melakukan seleksi naskah
3. Menabung naskah
4. Menerbitkan E-book
F. Pengertian E-Book dan
Google Books
E-book adalah sarana media digital buku yang masih
sangat muda, sehingga proses bisnis yang menyertainya belum bisa mengangkat
proses industri perbukuan yang masih ditopang cetak buku fisik.
Kelebihan E-book adalah menarik karena konsep
praktis, ramah lingkungan dan menjanjikan keterbukaan dalam menerima media –
media lain sebagai media pengayaannya.
E-book saat ini baru mencapai pertumbuhan 4% saja, sehingga belum dapat dijadikan
sumber utama bagi penerbit – penerbit buku. Saat ini proses pemasaran
saja yang bergeser shifting ke digital seperti jualan di market place buka
lapak, Shopee, Blibli, dll dalam mempromosikan buku fisik. Katalog E-Book dapat
dilihat di link berikut :
https://www.pbuandi.com/?view=flipcard
Google dengan sigap juga telah mencoba peruntungannya di era
digital ini, yaitu dengan Google Books nya menjadikan konsep digitalisasi
e-book sudah mencapai ke industrialisasi digital masa depan. Googe Books telah
digunakan oleh penulis TERE LIYE dalam menerbitkan tulisannya.
https://www.google.com/search?tbm=bks&q=tere+liye
G. Bagaimana
Penerbit Bertahan
Perkembangan zaman telah membuat penerbit mayor dan minor
harus mengikuti dan mau tidak mau menguasai teknologi, karena media – media
baru akan menjadikan buku menjadi mengecil secara fisik melalui konsep
Metaverse yang diusung Facebook dan dunia digital. Ke depan persaingan penerbit
tidak hanya antarpenerbit akan tetapi dengan digitalisasi yang menjadikan
persamaan derajat antara penulis, penerbit, penyalur, dan pembaca buku.
Penerbit mayor saat ini tidak kekurangan naskah untuk
diterbitkan, hanya kekurangan likuidasi dalam memproses naskahnya menjadi
sebuah tulisan atau media lain ke pembaca. Sehingga saat ini yang menjadi
masalah adalah media apa yang sesuai dalam mendukung sebuah terbitan buku.
Penerbit minor, juga tidak kalah kreatifnya dalam menjaring
penulis. Dengan banyaknya syarat – syarat kenaikan pangkat guru, dosen, hingga
guru besar, menjadikan penerbit – penerbit saling bersaing mengisi peluang
tersebut.
H. Bagaimana
Penulis Bersikap
Penulis tidak hanya harus mampu menulis tetapi juga harus
memiliki kemampuan teknologi seperti menulis di Blog, Channel Youtube, Twitter,
Podcast, bahkan Tiktok yang dapat dijadikan sarana promosi tulisan bukunya. Hal
ini akan memberikan rangsangan penerbit untuk tidak mampu menolak tulisan
penulis karena followernya banyak, menjadi selebriti di Youtube, atau Selebriti
Tiktok.
Penerbit tidak lagi akan melihat isi tulisan untuk syarat
diterbitkannya buku tetapi juga melihat kemampuan penulis dalam mempromosikan
bukunya di media sosial. Penulis yang memiliki Genre akan memproduksi bukunya
sendiri tanpa memerlukan penerbit mayor maupun minor. Dunia penerbitan akan
menjadi lebih berwarna dan saling menguntungkan dari penulis, penerbit, hingga
pembaca buku dengan terbentuknya dunia digital yang cukup menjanjikan ke
depannya.
Pilihlah penerbit dengan melihat karakteristik dari hasil –
hasil terbitannya, karena semua penerbit mempunyai ciri khas masing – masing.
Menulislah di aplikasi Wattpad sehingga mendapat follower pembaca yang pada
akhirnya akan dilirik oleh penerbit. Hal yang penting sebagai penulis adalah,
jaga kejujuran, jaga idealisme, dan selalu belajar dari berbagai genre tulisan
orang lain. Mengukur diri, dan menyesuaikan dengan kemampuan diri, menguliknya
akan menjadi daya tawar yang saat ditawarkan ke penerbit.
Buku yang ditulis jika ingin diterbitkan di penerbit mayor
harus merupakan buku mata pelajaran baru seperti penguatan Pancasila, Attitude
Pelajar, dan Softskill. Penulis harus bisa mengangkat tema – tema diatas karena
sangat dilirik oleh penerbit mayor. Dalam proses pembelajaran kita juga bisa
merekam pembelajaran dan menampilkan ke dalam media youtube untuk meraih
followers penonton terbanyak sehingga akan dilirik oleh penerbit mayor.
Tantangan kedepan sangat panjang buku secara fisik, digital dan media akan
menjadi satu kesatuan dalam dunia penerbitan.
Bagai bola kristal bertebar,
Buku menarik ayo bangkit,
Generasi digital 4.0 terpapar,
Buku fisik dan digital dibuat.
Komentar
Posting Komentar