Menulis itu Mudah (10)
Selasa, 26 Oktober 2021
Resume ke- : 10
Hari/Tanggal: Senin/25 Oktober 2021
Tema : Menulis Itu Mudah
Nara sumber: Dr. Ngainun Naim
Moderator : Aam Nurhasanah
Mudah adalah kata yang mudah diucapkan tetapi terkadang tidak mudah direalisasikan. Sesungguhnya apa arti kata mudah itu sendiri. Mudah adalah sebuah kata sifat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mudah mempunyai arti tidak memerlukan banyak tenaga atau pikiran dalam mengerjakan; tidak sukar; tidak berat; gampang.
Terkait dengan ketrampilan menulis, kata mudah pada umumnya digelontorkan oleh seseorang untuk memberi motivasi atau semangat. Dengan adanya semangat atau montivasi ini, lambat laun akan merubah paradigma dalam diri seseorang. Pada akhirnya akan ada proses internalisasi dalam diri bahwa menulis itu memang mudah. Sehingga menjadi sebuah karakter.
Sebagaimana diketahui ada proses yang terjadi dalam diri hingga memunculkan sesuatu menjadi karakter diri. Semua berawal dari pikiran. Pikiran akan terwujud dalam perkataan. Perkataan akan menciptakan suatu kebiasaan. Pada akhirnya kebiasaan akan dapat menjadi suatu karakter. Jadi sejatinya semua perbuatan kita berawal dari pikiran. Begitupun dengan dunia tulis menulis. Semua berawal dari pikiran.
Lalu bagaimana sesungguhnya agar menulis itu menjadi mudah. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu
1. Merubah Mindset
2. Ketrampilan level sekolah dasar
3. Banyak membaca
4. Meluangkan waktu
5. Mengamati, mencatat, mengolah
6. Belajar menulis kepada penulis
Bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait langkah-langkah diatas
Pertama, merubah mindset. Bentuklah mindset bahwa menulis itu mudah. Rubah paradigma dalam pikiran kita bahwa menulis itu tidak sulit. Hal tersebut akan mengiring kita untuk tetap mempunyai semangat dalam merealisasikan sebuah tulisan.
Kedua, Ketrampilan level sekolah dasar. Tanamkan dalam benak bahwa ketrampilan menulis itu adalah sebuah kemampuan level dasar. Jika di tingkat akademik, ketrampilan menulis ini berada pada level sekolah dasar. Jadi sejatinya ketrampilan menulis itu tidak memerlukan level pendidikan setingkat perguruan tinggi. Dalam dunia tulis menulis yang penting adalah sebuah keyakinan. Yakin akan mampu untuk menuangkan segala sesuatunya melalui tulisan. Namun demikian, sejatinya kunci sukses menulis adalah perpaduan yang harmonis antara minat dan kemauan berlatih. Pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang mampu menulis.
Ketiga, banyak membaca. Membaca merupakan syarat wajib bagi seorang penulis. Membaca sebagai bahan dasar suatu tulisan. Membaca dapat memunculkan ide untuk menulis. Maka perlu ditumbuhkan reading habit, kebiasaan membaca agar tidak kering ide. Jika ide-ide sudah muncul akan mudah dikembangkan menjadi sebuah tulisan. Mulai dengan membaca apa saja yang disukai dan dikuasai. Buatlah rencana atau target membaca.
Target membaca adalah kualitas bukan kuantitas. Memahami bacaan secara sempurna. Menghindari untuk menuntaskan segera sebuah tulisan tanpa mengerti secara paripurna. Membaca haruslah berorientasi paham, bukan khatam. Sebagaimana disampaikan oleh seorang penulis yang concern terdapat dunia membaca dan menulis, Dr. Ngainun Naim, bahwa “Membaca tidak harus banyak. Sedikit tetapi rutin itu jauh lebih bagus daripada banyak tetapi sebulan sekali. Tentu yang bagus rutin, banyak halaman, dan banyak yang diingat. Tapi ini berat” membaca juga harus bergizi agar menghasilkan karya yang “bergizi” pula. “Membaca yang bergizi adalah membaca buku”. Artikel lebih lengkap terkait membaca bergizi dapat diselisik dengan membuka tautan ini, https://www.spirit-literasi.id/2020/10/membaca-bergizi.html
Keempat, meluangkan waktu. Meluangkan waktu untuk membaca sekaligus menulis. Jadi targetkan, agendakan, sisihkan waktu untuk membaca dan menulis setiap hari. Kuatkan diri untuk konsisten terhadap target yang sudah ditentukan. Dengan kata lain harus istiqamah. Berpegang teguh pada target yang sudah digulirkan. Misalnya agendakan 5 menit untuk menulis setiap hari.
Kelima, rajin mengamati, mencatat, dan mengolahnya menjadi tulisan. kadar pengamatan setiap orang tentu berbeda. Tetapi yang terpenting adalah kita harus selalu menjadi pengamat atas setiap peristiwa. Lalu tuangkan dalam bentuk catatan. Pada akhirnya hasil pengamatan tersebut dapat diolah menjadi tulisan. Jika proses tersebut dilakukan secara konsistensi maka akan membuahkan hasil. Proses tidak tidak menghianati hasil. Apabila seseorang konsisten dalam menulis maka akan mempertajam analisa pemikiran.
Keenam, menimba ilmu dari penulis. Hal tersebut penting karena pengalaman para penulis akan memperluas dan menambah cakrawala pengetahuan. Memperkaya sudut pandang. Penulis dapat menjadi motivator dan inspirator.
Ada langkah yang bisa dilakukan agar kita mempunyai kemampuan menuangkan ide tulisan menjadi suatu buku. Terkadang Proses ATM dibutuhkan. ATM singkatan dari Amati, Tiru, dan Modifikasi. Misalnya penulis membaca suatu buku. Kemudian dicermati. Diimitasi. Dilakukan inovasi dengan sentuhan kreativitas.
Hal lain yang tidak kalah penting yaitu menulis itu butuh perjuangan. Apalagi jika ingin hasil tulisan menembus ke Koran ternama. Artikel ilmiah kita ingin tembus di jurnal nasional dan internasional. Maka semua melalui proses yang panjang dan tidak mudah. Jatuh bangun dilalui sampai tulisan kita muncul di koran, majalah, jurnal nasional dan international. Bahkan buku bisa diterbitkan oleh penerbit berskala besar atau nasional. Semua harus dilakukan dengan perjuangan, percaya diri dan konsistensi.
Konsistensi dapat tercipta karena ada peristiwa di momen tertentu yang membekas di benak. Sebagai contoh tulisan sederhana yang terkait dengan pengalaman pribadi, kemudian dihargai serta disukai orang lain dapat menjadi momentum munculnya sebuah konsistensi dalam menulis. Konsistensi ini bisa ajek dengan cara menulis setiap hari.
Menulis dengan berbagai genre. Menulis artikel jurnal ilmiah, artikel blog, esai di berbagai portal, resensi buku, laporan penelitian, dan banyak jenisnya. Kegiatan menulis ini harus dinikmati bukan merupakan beban. Jika perlu tuliskan kalimat singkat di suatu tempat yang gampang terlihat, sebagai reminder, Misalnya kalimat “SUDAHKAH MENULIS HARI INI?” Tulisan ini diharapkan bisa mempertahankan konsistensi dalam menulis.
Dunia tulis menulis dan membaca ibarat sisi mata uang. Tidak terpisahkan. Saling berpegangan erat. Seseorang yang literate yaitu orang mempunyai kemampuan membaca sekaligus menulis. Namun demikian orang yang mempunyai kemampuan membaca yang tinggi tidak menjamin mempunyai kemampuan menulis. Mengapa demikian? Semua tergantung niat. Sebagaimana dikemukakann oleh Dr. Ngainun Naim, bahwa “Menulis itu berkaitan dengan dua M, yaitu MAU dan MAMPU. Banyak yang mau tetapi tidak mampu menghasilkan tulisan. Demikian juga banyak yang mampu menulis tetapi tidak mau melakukan.” Lebih jauh, jika membaca dan menulis sudah mendarah daging dalam dirinya, bukan tidak mungkin literasi akan menjadi pilihan hidup untuk tetap ditekuni. Artikel terkait literasi sebagai pilihan hidup dapat ditemukan pada link berikut: https://www.spirit-literasi.id/2021/09/literasi-sebagai-pilihan-hidup.html
Ada satu pernyataan yang menarik bahwa penulis adalah mahluk aneh. Pernyataan terkait hal tersebut dapat ditelusuri melalui link berikut, https://www.spirit-literasi.id/2021/07/menulis-dan-makluk-aneh.html
Pada akhirnya “MARI MENULIS DAN TERUS MENULIS. MENULIS ITU MUDAH ASAL SUDAH TERBIASA”. “Biarlah tulisanmu menemui takdirnya”.
Tetap sehat dan bahagia-lien's
Artikel Dr. Ngainun Naim, ada pada link berikut:
https://www.spirit-literasi.id/2020/10/membaca-bergizi.html
https://www.spirit-literasi.id/2021/09/literasi-sebagai-pilihan-hidup.html
https://www.spirit-literasi.id/2021/07/menulis-dan-makluk-aneh.html
https://www.spirit-literasi.id/2021/07/menulis-dan-makluk-aneh.html
Mantappp
BalasHapusTerima kasih sdh mampir
HapusAyo semangat
BalasHapusAyo. Makasi sdh mampir
HapusMantap bu Herli, rapih dan isinya enak dibaca. sisipan gambar juga ok
BalasHapusTerima kasih sdh muncul
Hapus