Kiat Menulis Cerita Fiksi
Sawangan
Resume ke- : 11
Hari/Tanggal: Rabu/27 Oktober 2021
Tema : Kiat Menulis Cerita Fiksi
Nara sumber: Sudomo, S.Pt.
Moderator : Dail Ma'ruf
Hari/Tanggal: Rabu/27 Oktober 2021
Tema : Kiat Menulis Cerita Fiksi
Nara sumber: Sudomo, S.Pt.
Moderator : Dail Ma'ruf
Tulisan dengan genre fiksi mempunyai penggemar dari berbagai strata sosial masyarakat. Cerita fiksi biasanya membutuhkan imajinasi yang kaya. Cerita fiksi relatif mudah dicerna, menjadi penghibur dan obat di kala penat. Cerita fiksi juga dapat mempertajam dan memperhalus rasa. Untuk menulis sebuah cerita fiksi, perlu mempunyai pemahaman terlebih dahulu terkait hal tersebut, yaitu
1. pengertian fiksi
2. bentuk-bentuk fiksi
3. unsur-unsur pembentuk cerita fiksi
4. manfaat menulis fiksi
Pengertian Fiksi
Apa sesungguhnya arti fiksi itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata fiksi dapat diartikan sebagai cerita rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa cerita fiksi hanya merupakan cerita yang tidak nyata. Hanya berupa rekaan, khayalan dan imajinasi. Sedangkan menurut wikipedia, fiksi adalah cerita atau latar yang berasal dari imajinasi.
Imajinasi tinggi dibutuhkan oleh penulis dalam membuat sebuah cerita fiksi. Namun demikian cerita fiksi bisa berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang yang dikemas dengan sentuhan imajinasi/khayalan. Hal tersebut selaras dengan pengertian imajinasi menurut KBBI yaitu, daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang; khayalan. Oleh karena itu imajinasi menjadi penting. Imajinasi menjadi syarat utama dalam menulis cerita fiksi.
Imajinasi ini dapat berkembang dengan cara membaca berbagai buku fiksi. Dengan membaca berbagai buku fiksi akan belajar berbagai gaya penulisan. Sejatinya setiap penulis fiksi mempunyai gaya penulisan yang berbeda satu dengan lainnya.
Dalam dunia pendidikan, seorang guru seharusnya mampu menulis fiksi. Mengapa demikian? Hal tersebut terkait dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah. Salah satu komponen ANBK adalah literasi, yaitu teks literasi fiksi. Dengan mampu menulis cerita fiksi, seorang guru tentu akan lebih mudah membuat soal latihan AKM untuk muridnya. Sehingga pada akhirnya murid terbiasa untuk menjawab soal AKM berbentuk fiksi.
Bentuk-Bentuk Fiksi
Dalam cerita fiksi banyak ragam bentuknya, yaitu
1. Fiksimini. Fiksimini sejatinya sebuah komunitas internet Indonesia yang berbasis di Twitter dimana para pengikut atau penggemar menulis komposisi cerpen untuk menarik minat pembaca. Para partisipannya dikenal sebagai Fiksiminiers. Karya fiksimini yang layak di retweet adalah tulisan singkat tetapi merupakan cerita utuh, mengena di hati, membekas di benak, hit and run.
2. Flash fiction Dikutip dari Wikipedia Flash fiction adalah sebuah karya fiksi yang sangat singkat, bahkan lebih ringkas daripada cerita pendek. Walaupun tidak ada ukuran jelas tentang berapa ukuran maksimal sebuah fiksi singkat, umumnya karya tersebut lebih pendek dari 1000 atau 2000 kata. Rata-rata fiksi singkat memiliki antara 250 dan 1000 kata. (Sebagai perbandingan, ukuran cerita pendek berkisar antara 2.000 dan 20.000 kata. Rata-rata panjangnya antara 3.000 dan 10.000 kata.).
3. Pentigraf (cerpen tiga paragrap). Karya sastra jenis baru ini, kali pertama digagas dan dikembangkan oleh sastrawan dan akademikus dari Unesa, Dr. Tengsoe Tjahjono. Syarat utamanya adalah harus tiga paragraf. Namun demikian, pentigraf tetap harus memenuhi unsur-unsur pembentuk cerita fiksi yaitu adanya tokoh, alur cerita, dan konflik yang kuat. Selain itu harus diperhatikan pemilihan diksi untuk menorehkan kalimat yang efektif.
4. Novelet. Istilah novela berasal dari bahasa Italia, novella (jamak: novelle), yang berarti dongeng atau sebuah berita (Wikipedia). Novela atau novelet adalah sebuah karya sastra yang memiliki bentuk lebih kecil dari novel. Novela memiliki cerita yang lebih panjang dari cerita pendek, tetapi lebih pendek dari novel. Panjang tulisan berkisar 17.500-40.000 kata.
5. Novel. Cerita prosa berisi permasalahan kehidupan seseorang atau berbagai tokoh. Beragam konflik muncul dan diakhiri dengan penyelesaian masalah. Novel memiliki cerita yang lebih rumit dan lama dibandingkan dengan cerita pendek. Terdiri dari beberapa bab sesuai dengan kisahnya. Menonjolkan watak dan sifat tokohnya.
6. Cerita pendek. Cerita berisi permasalahan kehidupan. Berisi hanya 1 konflik. Lebih pendek dari novel.
Unsur-Unsur Pembentuk Cerita Fiksi
Selain mengetahui beragam bentuk fiksi, yang terpenting memahami unsur-unsur pembentuk suatu fiksi, yaitu
1. Tema
2. Premis
3. Latar/setting
4. Tokoh
5. Alur
6. Sudut pandang
Tema
Merupakan ide pokok, dasar pikiran.
Kiat menentukan tema, harus dekat dengan penulis, menarik perhatian penulis, bahan mudah diperoleh dan ruang lingkup terbatas.
Cara menentukan tema:
• Menyesuaikan dengan minat
• Mengangkat kehidupan nyata
• Berimajinasi
• Membaca
• Mendengakan curhatan hati.
Contoh tema:
• Berkah kejujuran
• Pendidikan dan kemiskinan
• Persahabatan 3 anak SD
• Pengalaman siswa selama belajar di rumah
• Perjuangan guru selama pembelajaran jarak jauh
Premis
Premis adalah ringkasan cerita utuh dalam satu kalimat.
Unsur-unsur premis adalah karakter, tujuan tokoh, rintangan/halangan dan resolusi.
Cara membuat premis yaitu menuliskan masing-masing unsur pembentuknya lalu rangkai menjadi satu kalimat utuh. Contoh premis “seorang anak SD mengajak dua orang temannya melakukan pengalaman ke rumah kakeknya dan berusaha memperoleh pemahaman tentang materi IPA.
Dengan membaca premis, pembaca dapat mengetahui cerita secara keseluruhan. Misalnya cerita tentang Harry Potter. Presmisnya adalah “seorang anak yang pandai sihir harus berjuang melawan penyihir jahat demi kedamaian dunia”.
Premis merupakan pengembangan dari tema.
Latar/setting
Penggambaran waktu, tempat, suasana terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita.
Jenis-jenis latar: latar waktu, tempat suasana, social, material dan integral/utuh.
Penokohan
Penjelasan selangkah demi selangkah detail karakter atau cerita.
Macam-macam tokoh: protagonis(tokoh utama), antagonis (tokoh lawan/penentang dari tokoh utama), tritagonis (karakter ketiga/penengah; bijak;pendamai; pemberi solusi).
Teknik penggambaran tokoh: analitik (berdasarkan kelompok: pendidikan, kekuasaan, penghasilan dan sebagainya), fisik, perilaku, lingkungan, tata bahasa. Penggambaran oleh tokoh lainnya.
Alur/plot
Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita.
Macam-macam alur: maju, mundur, campuran, flashback, kronologi.
Unsur-unsur alur/plot:
• Pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik, konflik memuncak/klimaks, penyelesaikan/ending.
• Unsur alur/plot dapat berubah urutannya tergantung pada jenis alur yang dipilih.
Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan dirinya terhadap cerita yang diwujudkan dalam pandangan tokoh cerita
Macam-macam sudut pandang:
1. orang pertama tunggal
2. orang pertama jamak
3. orang kedua
4. orang ketiga tungga
5. orang ketiga jamak
6. campuran.
Tentu berbagai teori di atas akan lebih bermakna jika dituangkan dalam bentuk tulisan. Namun demikian menulis karya fiksi bukan perkara sederhana tetapi perlu kreativitas.
Beberapa yang patut dicermati terkait proses kreatif menulis:
1. Niat. Niat untuk memotivasi diri sendiri supaya mulai menulis dan menuntaskan
2. Membaca fiksi orang lain. Hal ini untuk menemukan bahan menulis berupa ide, diksi, gaya dan teknik penulisan.
3. Ide dan genre. Bersegera untuk mencatat ide yang muncul. Ide dapat ditemukan dengan mengembangkan daya imajinasi. Pemilihan genre dapat sesuaikan dengan yang disukai dan dikuasai penulis.
4. Outline.
a) Kerangka karangan disusun berdasarkan unsur-unsur pengembangan cerita fiksi
b) Menentukan tema agar pembaca dapat mengerti lingkup cerita fiksi yang dibuat penulis
c) Membuat premis sesuai tema
d) Menentukan uraian alur/plot berdasarkan unsur-unsurnya.
e) Menentukan penokohan kuat berdasarkan jenis dan teknik penggambaran watak tokoh dengan baik
f) Menentukan latar belakang/setting dengan menunjukkan sisi eksotik dan detail
g) Memilih sudut pandang penceritaan yang unik.
5. Menulis
a) Membuat dialog dengan baik (dialog, kutipan kata unik, konflik)
b) Melakukan pengenalan tokoh dan latar dengan baik dengan cara memaparkan secara jelas kepada pembaca
c) Menguatkan sisi konflik internal dan eksternal tokoh
d) Menggunakan pertimbangan logis agar tidak catat logika dan memperkuat imajinasi
e) Memilih susunan kata yang pendek dan jelas
f) Memperkuat tulisan dengan pemilihan kata/diksi
g) Membuat ending yang baik.
6. Swasunting.
a) Dilakukan setelah selesai menulis
b) Menghindari menulis sambil mengedit
c) Mefokuskan pada kesalahan pengetikkan, kata baku, istilah, aturan penulisan, ejaan dan logika cerita
d) Menempatkan diri pada posisi sebagai penyunting
e) Menyiapkan KBBI dan Pedoman Umum Bahasa Indonesia (PUEBI).
Manfaat Menulis Fiksi
Menulis fiksi mempunyai beberapa manfaat:
Koin. Profit royalti
Poin. Berbagi ilmu dan belajar dari penulis lain.
Pada akhirnya dibutuhkan teknik penulisan yang menarik, pemilihan tema yang tepat dan cerita yang dapat dikonsumsi semua umur yang menjadikan suatu buku, best seller.
Mari “BELAJAR TERUS, SETERUSNYA PEMBELAJAR”
KREN MANATAP BU HERLIN
BalasHapusterima kasih sudah berkunjung
Hapus